Calon Presiden RI dari Partai Nasdem, PKS & Demokrat Anies Baswedan mengkritik kebijakan pemerintah yang tak tepat sasaran yakni pemberian subsidi mobil listrik.
Anies mengatakan bahwa Indonesia memiliki begitu banyak peluang, khususnya dalam lingkungan hidup. Pemerintah harus memastikan sumber daya yang tepat untuk menghadapi tantangan lingkungan hidup.
“Solusi menghadapi tantangan lingkungan hidup, polusi udara bukan lah terletak di dalam subsidi mobil listrik yang pemilik mobil listriknya yang mereka tidak membutuhkan subsidi, betul?” tegas Anies dalam pidatonya.
Anies menghitung, bahwa subsidi kepada mobil listrik dalam pemakaian mobil pribadi emisi karbon per kapita per kilometer katanya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak.
“Emisi per kilometer per kapita untuk mobil listrik dibandingkan dengan bus berbasis BBM. Kenapa itu bisa terjadi, karena bus memuat orang banyak sementara mobil memuat orang sedikit,” ungkap Anies.
Ditambah, kata Anies, ketika pengalamannya menjadi Gubernur DKI Jakarta, kendaraan pribadi berbasis listrik tidak menggantikan mobil yang ada digarasinya, maka akan menambah mobil di jalanan.
“Sehingga menambah kemacetan di jalan. Jadi yang didorong ke depan adalah demokratisasi sumber daya bahwa kita mengarahkan agar sumber daya yang dimilik negara diberikan melalui sektor-sektor yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat banyak bukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian dalam percakapan apalagi percakapan media sosial,” tandas dia.
Kritikan ini berlawanan dengan ucapan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) sekaligus Ketua Perkumpulan industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko. Saat membuka pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) di JIExpo Kemayoran di Jakarta beberapa waktu lalu, Moeldoko menegaskan Indonesia merupakan pelopor perkembangan mobil listrik di dunia.
“Ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi faktor pengungkit atas berkembangnya mobil listrik dunia,” tegas Moeldoko.
Pada kesempatan tersebut Moeldoko bilang ada dua hal yang menunjukkan Indonesia sebagai faktor pengungkit perkembangan mobil listrik di dunia. Pertama, pada pertemuan KTT ASEAN ke-42 lalu, para pemimpin negara di kawasan Asia Tenggara sepakat membangun ekosistem mobil listrik di kawasan.
Menurut Moeldoko dalam KTT ASEAN para pemimpin negara sepakat ingin menjadikan kawasan sebagai pusat pertumbuhan kendaraan listrik. Terlebih, Indonesia memiliki sumber daya yang bisa mendukung keberlanjutan kendaraan listrik.
“Kedua, ada empat negara dan lima negara dengan Indonesia. Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand sepakat perlu mengembangkan baterai untuk kepentingan ke depan. Kesepakatan itu akan dilanjutkan dalam aksi nyata dalam riset dan pengembangan bersama,” ungkapnya.
Selain menjadi pengungkit perkembangan mobil listrik dunia, di dalam negeri sendiri kehadiran mobil listrik bisa menekan subsidi BBM. Anggaran subsidi energi 2023 tembus Rp 212 triliun.
Angka tersebut termasuk subsidi BBM jenis tertentu sebesar Rp 21,5 triliun, naik Rp 600 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 20,9 triliun. Keberpihakan pemerintah pada mobil listrik diharapkan dapat menarik minat dari banyak pihak untuk terus menyeriusinya.
“Untuk itu saya berharap teman-teman para pengusaha, inovator, pemegang kebijakan jangan ragu-ragu bahwa EV (kendaraan listrik) adalah mobil masa depan untuk kepentingan dunia yang semakin bersih,” ujar Moeldoko.
Sebelumnya, Moeldoko dengan tegas bilang pemerintah sudah punya road map jelas tentang kendaraan listrik khususnya mobil listrik.
“Jalan aja, wong itu (insentif mobil listrik) kan program pemerintah telah menyiapkan instrumen untuk pengembangan mobil listrik,” tegas Moeldoko
Sumber dari:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230522202758-4-439597/anies-kritik-program-jokowi-ini-moeldoko-langsung-melawan