China menjadi salah satu negara dengan penjualan mobil listrik terbesar di dunia, dan penghasil kendaraan listrik terbesar. Tidak heran jika Kepala Staff Kepresidenan Moeldoko mengaku Indonesia terinspirasi dengan negara tersebut.
Tidak heran jika China sangat fokus menggenjot kendaraan pelahap seterum, karena secara industri mereka terbilang ketinggalan jika ingin bersaing di kendaraan bermesin bahan bakar dibandingkan Jepang, atau Eropa.
Sementara negeri tirai bambu itu memiliki bahan baku utama baterai, yaitu lithium. Sehingga saat era ramah lingkungan, di mana sejumlah negara fokus menekan emisi bahan bakar, mereka gencar membuat kendaraan tanpa emisi melalui tenaga listrik.
Di Indonesia cukup banyak merek mobil asal China yang menancapkan kuku bisnisnya di Tanah Air dengan menawarkan kendaraan elektrifikasi, diantaranya Wuling, Chery, Neta, MG, DFSK, dan akan datang seperti Great Wall Motor (GWM), dan BYD sebagai merek kendaraan listrik terlaris.
Pesatnya industri kendaraan listrik di China, membuat beberapa negara ingin mengikuti jejaknya, atau sekadar terinspirasi seperti halnya Indonesia.
“Liuzhou (Kota di China) menjadi inspirasi bagi kita dalam mewujudkan mobilitas ramah lingkungan, terutama dengan penggunaan mobil listrik,” ujar Moeldoko dikutip Antaranews, Senin 11 Desember 2023.
Di Indonesia cukup banyak merek mobil asal China yang menancapkan kuku bisnisnya di Tanah Air dengan menawarkan kendaraan elektrifikasi, diantaranya Wuling, Chery, Neta, MG, DFSK, dan akan datang seperti Great Wall Motor (GWM), dan BYD sebagai merek kendaraan listrik terlaris.
Pesatnya industri kendaraan listrik di China, membuat beberapa negara ingin mengikuti jejaknya, atau sekadar terinspirasi seperti halnya Indonesia.
“Liuzhou (Kota di China) menjadi inspirasi bagi kita dalam mewujudkan mobilitas ramah lingkungan, terutama dengan penggunaan mobil listrik,” ujar Moeldoko dikutip Antaranews, Senin 11 Desember 2023.
Di balik kekagumannya, Purnawirawan Jenderal TNI itupun mengutus sejumlah wakil pemerintahan untuk belajar membangun ekosistem kendaraan listrik di kota tersebut, dan melakukan sejumlah kolaborasi. Hal itu dilakukan setelah kunjungannya ke negara tersebut.
“Kolaborasi ini akan memperkaya pemahaman kami dalam mempersiapkan transformasi menuju mobilitas ramah lingkungan di Tanah Air,” tuturnya.
Salah satu kunci pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik di negara tersebut, menurut Moeldoko, pemerintah Kota Liuzhou menerapkan beberapa regulasi agar warganya merasa yakin beralih dari mobil berbahan bakar fosil ke listrik berbasis baterai.
Diantaranya memberikan insentif pajak kepada pemilik kendaraan listrik, yaitu membebaskan pajak bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB), dan pajak kendaraan bermotor (PKB) selama 5 tahun. Dengan begitu harga jualnya bisa lebih terjangkau, dan meringankan pajak tahunan.
Sedangkan di Indonesia, saat ini keringanan yang ditawarkan pemerintah hanya untuk mobil listrik rakitan lokal dengan TKDN minimal 40 persen, yaitu berupa diskon PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 10 persen.
Bukan hanya itu, seiring pertumbuhan populasi kendaraan listrik di China, pemerintah setempat pun berusaha menyediakan insfratruktur pendukung seperti tempat pengisian baterai. Seperti disampaikan Wali Kota Liuzhou, Zhang.
Dalam keterangannya dijelaskan bahwa kota itu memiliki charging station, SPKLU (Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Umum lebih dari 2.000 lokasi, dan tempat penukaran baterai lebih dari 1.000 tempat di tahun ini.
“Pada tahun ini jumlah kendaraan listrik di Liuzhou mencapai 1,5 juta unit, atau naik lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata petinggi kota tersebut.
Sumber dari:
https://www.100kpj.com/mobil/21257-moeldoko-akui-indonesia-belajar-mobil-listrik-dari-china?page=3