Pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2025 in Collaboration with Asiabike Jakarta  di JIExpo Kemayoran berakhir, Minggu, 4 Mei 2025.

Selama enam hari digelar, Presiden Direktur Dyandra Promosindo Daswar Marpaung dan Ketua umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik (Periklindo) Moeldoko, menyatakan, penyelenggaraan PEVS berjalan sesuai peran Periklindo baik dari sisi promosi, transaksi, dan edukasi.

Namun, Moeldoko mengatakan, masih ada banyak tantangan yang harus dibereskan ke depannya supaya ekosistem kendaraan listrik di tanah air semakin baik lagi.

Baca juga: Sehari Jelang Berakhir, PEVS 2025 Catat Transaksi Rp912 Miliar, Lampaui Target

“Tantangan yang harus dibereskan ke depannya adalah pertama, persoalan charging station. Hal itu mesti diselesaikan, karena  melihat pertumbuhan kendaraan listrik (EV) di Indonesia, yang tadinya sekitar 15.000, sekarang 56.000,” ujarnya dalam keterangan pers  Closing Ceremony PEVS 2025 in Collaboration with Asiabike Jakarta, di JIExpo Jakarta, Sabtu, 3 Mei 2025 sore.

Pertumbuhan EV itu, ujarnya, suatu indikasi positif. Dan tantangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) harus segera dibereskan.

“Ini kan antara penjualan mobil yang semakin deras juga merangsang, menstimulasi para investor di bidang SPKLU untuk segera memasuki bisnis tersebut, kalau tidak, mereka juga terlambat,” imbuhnya.

Tantangan kedua, lanjut, Moeldoko, terkait ketersediaan dan standarisasi komponen lokal atau tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Ia berharap TKDN itu fleksibel supaya merangsang pelaku usaha. Jangan sampai semangat produksi dalam negeri malah menurun.

“Kita sudah menyampaikan kesan-kesan itu kepada pemerintah,” ujarnya..

Lebih lanjut, Moeldoko menyebut tantangan ketiga adalah dari segi , penguatan SDM di industri EV. “SDM ini sangat perlu agar siap mengadopsi dan mengembangkan teknologi di bidang EV. Banyak permintaan tenaga ahli EV dari Eropa, tetapi kita belum bisa mengirimkan,” katanya.

Moeldoko melihat pertumbuhan industri EV di Indonesia begitu tinggi ke depannya. Tetapi Indonesia belum memiliki vokasi-vokasi yang lebih fokus pada EV. “Itu juga menjadi sebuah tantangan. Jangan sampai nanti pekerjaan-pekerjaan itu tidak bisa kita update,” imbuhnya.

Periklindo, menurut Moeldoko, sudah mulai memikirkan di mana sertifikasi dan standarisasi bagi anak-anak bangsa yang ikut vokasi EV. Pihaknya  sudah banyak mendiskusikan persoalan itu  tinggal nanti bagaimana mengimplementasikannya.

Tantangan keempat, kata Moeldoko lagi adalah perlunya sinkronisasi kebijakan lintas kementerian agar insentif dan dukungan berjalan secara efektif. insentif dari pemerintah sangat perlu baik fiskal maupun nonfiskal. “Ini juga harus lintas kementerian memikirkan bagaimana EV Indonesia ini bisa bertumbuh dengan baik, seperti yang ada dalam Perpres 55 dan berubah jadi Perpres 79. Kita harapkan dengan Perpres itu masing-masing kementerian bisa mengakselerasi dengan baik, mensinkronkan dengan baik.”

 

Target dan Harapan PEVS di 2026

Setelah memaparkan empat tantangan yang harus dibereskan untuk menumbuhkan industri EV di Indonesia, Moeldoko juga menyampaikan target dan harapannya pada penyelenggaraan  PEVS 2026.

“kami ingin PEVS kelima tahun depan menjadi ajang lebih besar,lebih industrial, lebih inklusif. Nanti pesertanya semakin bertambah, semakin bertumbuh.Kita tidak membatasi ini itu dan seterusnya, tetapi PEVS ini memang khusus EV, tidak ada yang lain. Kita tidak ingin membatasi dari industri-industri dari manapun,” tuturnya.

Moeldoko menyebut target pertama yakni, peningkatan partisipasi produsen komponen lokal dan startup teknologi. Kedua, masuknya investor asing yang melakukan transfer teknologi, bukan sekedar menjual produk.

Ketiga, keterlibatan masyarakat oleh program edukasi dan test drive  EV yang lebih luas.

“Kita sudah mendiskusikan ini, walaupun sekarang test drive sudah kita siapkan. Karena minat masyarakat dengan mengikuti test drive ingin tahu.. Dari keingintahuan itu akhirnya  mereka ingin membeli. Mereka menyadari yang tadinya pengeluarannya Rp3 juta-Rp4 juta untuk beli bensin sekarang mungkin hanya Rp 500 ribu,” imbuhnya.

Adapun target yang kedua adalah  berkontrobusi kepada lingkungan. Satu mobil, kata Moeldoko, akan ikut terlibat dalam menjaga lingkungan yang semakin bersih. “Ini untuk anak cucu kita ke depan!” ujarnya.

Ketiga, berkontrubusi kepada negara dan masyarakat luas, karena dengan menggunakan EV subsidi pemerintah berkurang dan uangnya itu bisa digunakan untuk kepentingan edukasi, kesehatan dan persoalan-persoalan sosial yang lain.

Tiga hal itulah, menurut mantan Kepala Staf Kepresidenan Republik itu,

harus terus disosialisasikan agar masyarakat yang membeli EV merasa bahagia karena bisa melakukan sesuatu untuk lingkungan dan negara termasuk keluarganya.

“Saya harap EV ke depan semakin baik, semakin lebih dikenal masyarakat lebih luas lagi, dan yang lebih penting lagi dari semua itu adalah  peran media.sehingga penyelenggaraan EV itu bisa dikenal luas oleh masyarakat,” tambahnya.

Terkait kebijakan pemerintah yang betul-betul diperlukan, menurut Panglima TNI pada 2013-2015 itu adalah, bagaimana memberi kemudahan kepada pemain-pemain industri dalam negeri.

“Kemudahannya di mana?  Kesatu, semangat TKDNnya harus betul-betul digenjot. Kalau tidak nanti kita akan digulung oleh luar,” imbuhnya.

Kedua, lanjutnya, semangat untuk terlibat di dalam riset dan development. Bisa melalui BRIN, bisa melalui perguruan tinggi, tetapi ada sebuah movement dari pemerintah khususnya, baterai harus diproduksi di dalam negeri, karena komponen mobil listrik ya baterai. Jadi, harus dibuat di dalam negeri.

“Dalam konteks itu saya sedang bekerja menyiapkan baterai, sungguh-sungguh saya. Nanti 100% baterai itu buatan dalam negeri,” tegasnya.

Ketiga, kemudahan yang harus dilakukan pemerintah yaitu harus  melakukan riset dan development serta memberi insentif.

Moeldoko mengambil contoh Pemerintah China yang pada saat awal-awalnya  produk-produk dalam negeri mereka itu betul-betul diakomodasi oleh pemerintahnya. Sehingga industri dalam negeri berjalan. Kita harapkan juga seperti itu di Indonesia.

“Produk-produk yang diproduksi di dalam negeri dilindungi.  Yang menentukan adalah pasar. Mau produk dari Eropa,   China, Jepang, Korea, yang menentukan adalah pasar. Brand tidak bisa mendikte pasar. brandnya yang awalnya bagus lalu menurun, masyarakat akan cari pilihan lain.

Sebelum mengakhiri pemaparannya, Moeldoko juga mengucapkan terima kasih kepada PLN yang sudah bekerja keras menyediakan tempat untuk SPKLU.

Pada cuti Lebaran sejak dua tahun lalu, misalnya,  tidak ada keluhan dari sisi mobil llistrik. Karena ketersediaan SPKLU di rest area  sudah tersedia cukup bagus.

Periklindo juga akan memberi dukungan kepada PLN untuk mengadakan SPKLU tidak hanya di Jawa, tetapi juga mulai mengembangkan ke Sumatra, Makassar, dan daerah-daerah di mana banyak orang mulai tertarik dengan mobil listrik.

“Kalau ada SPKLU, maka pembelian mobil listrik akan merata,” tutupnya.

Seusai memberi keterangan pers, Moeldoko dan jajaran penyelenggara pun beranjak ke acara seremoni peutupan PEVS 2025, sekaligus memberikan penghargaan kepada brand-brand peserta pameran. (Ros/SG1)

Sumber dari : https://sokoguru.id/soko%20berita/ketua-umum-periklindo-moeldoko-bereskan-segala-tantangan-yang-masih-ada-di-industri-ev

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *