Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko mengungkapkan sejumlah tantangan adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Selain masyarakat yang masih ragu, infrastruktur juga masih terbatas.
Seperti diketahui, kendaraan listrik memanfaatkan baterai sebagai sumber daya utama pengganti bahan bakar minyak. Ini membutuhkan pengisian yang bisa dilakukan di rumah atau memanfaatkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Moeldoko mengatakan, saat ini SPKLU masih sangat terbatas di seluruh Indonesia. Meski begitu, dia yakin seiring bertumbuhnya pengguna kendaraan listrik, maka akan semakin banyak investor yang mau menanamkan modal membangun SPKLU.
“Tantangan yang harus dibereskan ke depannya adalah pertama, persoalan charging station. Hal itu mesti diselesaikan, karena melihat pertumbuhan kendaraan listrik (EV) di Indonesia, yang tadinya sekitar 15 ribu, sekarang 56 ribu,” kata Moeldoko di Jakarta, ditulis pada Selasa (6/5/2025).
Menurut Moeldoko, kehadiran SPKLU sangat penting untuk menghapus keraguan masyarakat dalam menggunakan kendaraan listrik. Sebab, pengisian baterai minimal memakan waktu 30 menit, sehingga apabila unitnya terbatas maka antrean akan sangat panjang.
“Ini kan antara penjualan mobil yang semakin deras juga merangsang, menstimulasi pada investor di bidang SPKLU untuk segera memasuki bisnis tersebut. Kalau tidak, mereka juga terlambat,” kata dia.
Selain itu, Moeldoko juga menyoroti wacana pelonggaran aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurutnya, hal tersebut sangat baik karena dapat meningkatkan daya saing Indonesia di sektor industri otomotif.
“Berikutnya adalah ketersediaan dan standarisasi komponen lokal. Ini juga menjadi tantangan kita. Mudah-mudahan, ketentuan mengenai TKDN yang fleksibel justru bisa merangsang pertumbuhan ini. Jangan sampai produk-produk dalam negeri malah merasa semangatnya menurun,” ujarnya.
Dia juga melihat SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia perlu ditingkatkan di bidang kendaraan listrik. Sehingga diharapkan pemerintah dapat fokus pada pengembangan SDM agar memiliki ahli di sektor EV.
“Saat ini banyak permintaan tenaga ahli EV dari Eropa, tetapi kita belum bisa mengirimkan. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri EV di Indonesia sangat tinggi, namun kita belum memiliki vokasi yang fokus pada EV. Ini adalah tantangan serius, agar kita tidak kehilangan kesempatan kerja di masa depan,” katanya.
Selanjutnya adalah perlunya sinkronisasi kebijakan lintas kementerian agar insentif dan dukungan berjalan efektif. Sebab, dukungan pemerintah sangat diperlukan, baik fiskal maupun nonfiskal.
Sumber dari : https://www.rctiplus.com/news/detail/terkini/4748069/periklindo-ungkap-tantangan-adopsi-kendaraan-listrik-di-indonesia